Eau de Yeast

Knock, knock, who’s there? Calling all perfume lovers! Tahukah kalian, ada parfum yang dibuat dari mikrobia? 

Parfum telah menjadi bagian penting dari kehidupan manusia sejak zaman kuno, dan telah digunakan dalam berbagai cara, dari penyembuhan medis hingga keindahan personal. Saat ini, industri parfum terus berkembang, dan teknologi terbaru dalam pembuatan parfum mencakup penggunaan ragi atau yeast.

Parfum yang terbuat dari yeast atau ragi adalah inovasi terbaru dalam industri kecantikan dan parfum. Ide untuk menggunakan ragi dalam pembuatan parfum berasal dari perusahaan bioteknologi asal Swedia, Givaudan, yang terkenal sebagai produsen bahan aroma dan rasa terkemuka di dunia. Mereka menciptakan senyawa aroma baru yang disebut “yNoses” yang berasal dari ragi dan dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan parfum.

Ragi adalah jenis jamur mikroskopik yang umumnya digunakan dalam proses fermentasi makanan dan minuman, seperti roti, bir, dan anggur. Ketika ragi diolah dengan cara tertentu, mereka dapat menghasilkan senyawa aroma yang mirip dengan senyawa aroma yang dihasilkan oleh tumbuhan. Oleh karena itu, ragi dapat digunakan sebagai bahan alternatif yang lebih berkelanjutan dalam pembuatan parfum, dibandingkan dengan bahan-bahan tradisional seperti bunga dan rempah-rempah.

Baru-baru ini, para peneliti di University of California, Berkeley telah menciptakan parfum yang terbuat dari ragi atau yeast. Penelitian ini merupakan langkah menuju ke arah pengembangan bahan-bahan parfum yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, karena ragi dianggap lebih mudah diolah dan lebih berkelanjutan dibandingkan dengan bahan-bahan parfum tradisional seperti minyak bumi.

Ragi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Saccharomyces cerevisiae , yaitu jenis ragi yang umumnya digunakan untuk pembuatan roti dan bir. Proses pembuatan parfum ini dimulai dengan mengambil kembali senyawa kimia alami yang dihasilkan oleh ragi, seperti ester dan aldehid selama fermentasi. Senyawa-senyawa tersebut kemudian dipisahkan dan diuji untuk menemukan aroma yang paling menarik. Hasilnya adalah kumpulan senyawa kimia yang membentuk aroma yang sangat mirip dengan parfum berbahan sintetis. Penelitian ini masih dalam tahap awal, namun penemuan ini dianggap sebagai langkah yang signifikan dalam menciptakan parfum yang lebih berkelanjutan dan alami. 

Salah satu perusahaan yang menggunakan ragi sebagai bahan dasar parfum adalah Ginkgo Bioworks, sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Boston, Amerika Serikat. Ginkgo Bioworks menggunakan teknologi rekayasa genetika untuk menghasilkan ragi yang dapat menghasilkan senyawa aroma yang diinginkan.

Selain lebih ramah lingkungan, parfum yang terbuat dari ragi ini juga dianggap memiliki aroma yang lebih natural dan tidak terlalu kuat. Hal ini karena senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh ragi selama fermentasi memiliki struktur kimia yang lebih sederhana dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang digunakan dalam parfum tradisional.

Salah satu manfaat parfum dari ragi adalah bahan dasarnya berasal dari sumber yang terbarukan dan ramah lingkungan. Selain itu, parfum dari ragi juga memiliki aroma yang lebih alami dan kompleks dibandingkan parfum yang dihasilkan dari bahan sintetis.

Salah satu keuntungan utama dari menggunakan ragi dalam pembuatan parfum adalah kemampuannya untuk memproduksi senyawa aroma yang sulit atau tidak dapat diproduksi secara sintetis. Selain itu, ragi dapat digunakan dalam skala yang lebih besar daripada metode konvensional dalam pembuatan parfum, karena mereka dapat diproduksi dalam jumlah besar dan dengan biaya yang lebih rendah.

Para ahli dan inovator di industri parfum percaya bahwa penggunaan ragi dalam pembuatan parfum dapat menghasilkan aroma yang unik dan menarik. Mereka juga percaya bahwa penggunaan ragi dalam pembuatan parfum dapat membantu mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh industri parfum yang biasanya menggunakan bahan-bahan sintetis dan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber daya alam yang terbatas.

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, parfum yang terbuat dari ragi telah menarik perhatian banyak orang di industri kecantikan dan parfum. Beberapa perusahaan, seperti Givaudan dan Jo Malone, telah menciptakan parfum berdasarkan teknologi yNoses dan senyawa aroma ragi lainnya. Namun, para ahli mengatakan bahwa penggunaan ragi dalam pembuatan parfum masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. 

Ada yang tertarik menggunakan Eau de Yeast?


Referensi :

  • h ttps://www.nytimes.com/2019/07/05/business/ginkgo-bioworks-perfume-yeast.html
  • “The Rise of Yeast-Based Fragrances,” Vogue Business, 11 November 2019.
  • “The Fascinating World of Yeast-Based Fragrances,” The Perfume Society, 20 March 2020.
  • A. Banerjee and B. Chattopadhyay, “Yeast mediated biotransformation: A potential approach for natural aroma production,” Journal of Food Science and Technology, vol. 52, no. 10, pp. 5951-5964, Oct. 2015.
  • Chockalingam, M. D., & Aggarwal, S. (2021). Yeast-derived natural fragrance: Fermenting a sustainable future for perfumery. Frontiers in Bioengineering and Biotechnology, 9, 687616.
  • J. Xu, S. J. Cho, and J. S. Lee, “Yeast-mediated natural fragrance and flavor production,” Journal of Microbiology and Biotechnology, vol. 29, no. 8, pp. 1103-1112, Aug. 2019.
  • K. Yoshida, M. Hama, S. Yamamoto, and T. Abe, “Biotechnology of aroma production in yeast: A review,” Journal of Bioscience and Bioengineering, vol. 129, no. 5, pp. 499-505, May 2020.
  • University of California, Berkeley. (2021, July 9). A scent from Saccharomyces cerevisiae: Scientists make fragrances from yeast. ScienceDaily.  https://www.sciencedaily.com/releases/2021/07/210709120015.htm